Terima Kasih Karena Bersedia Ada



Ya, bisa-bisanya kamu buat aku cepat luluh. Bisa-bisanya kamu rela tertumpu tubuhku dan beban yang aku bawa. Bisa-bisanya kamu mau menemaniku sembuh. Ya, kemarin memang aku sakit. Aku sakit karena ekspektasiku terlalu tinggi pada seseorang yang dengan dirinya sendiri saja tak sanggup mengiba. Aku tidak pernah menyesali apapun yang sudah aku lewati bersama siapapun. Tapi kamu begitu cepat mengambil alih penanganan sebelum rasaku sekarat. Hampir saja aku mati rasa. 

Hei, Terima kasih karena bersedia ada. Terima kasih karena mau mengerti ini dan itu meski kamu belum banyak memahami diriku yang serba ribet. Isi kepalaku seringkali njlimet. Banyak mimpi dan maunya. 

Sejak kamu hadir, mimpiku jadi sederhana. Semua inginku pun tak jadi muluk. Entah karena aku menyerah atau cinta memang harusnya begini, tak perlu banyak tuntutan. Hanya perlu saling menerima dan memahami. 

Kamu tahu? Aku punya mimpi keliling dunia. Haha. Muluk sekali bukan? Minimal bisa berjelajah ke banyak tempat di Indonesia. Aku melihat kamu mampu menjadi seseorang yang selalu hadir di mimpiku itu. Kemarin juga aku dengar di telepon kamu katakan "semakin banyak perjalanan makin banyak yang bisa kamu tulis kan?" Aku tak banyak menanggapi kata-kata itu. Tapi sungguh, aku hampir melayang kamu mengatakannya. Aku merasa kamu mendukungku. Ya, aku adalah seseorang yang tidak boleh berhenti disuport. Selalu ingin ditanya ini dan itu tentang semua hal yang aku suka.

Hari ini, mungkin kamu lelaki pertama yang membawaku bertemu dengan keluarga. Menganaliku dengan hampir semua anggota keluarga. Keluargamu bersikap hangat. Aku merasa diterima meski aku masih belum tahu bagaimana bersikap. Bagiku ini luar biasa. Semoga mereka benar-benar menerimaku. ☺



Hei kamu! aku mohon. Semoga kamu yang menjadi rumahku. Tempatku berteduh, menjalani hidup, dan bercerita sampai aku lupa apa lagi yang harus aku ceritakan. Dan kamu jadikan aku satu-satunya tempatmu pulang dan menyandarkan kepala dibahuku. Menjadi pelepas lelahmu. Seperti saat kita pulang dari pendakian kita ke Sindoro. Pendakian yang menjadi wasilah dipertemukannya kembali aku denganmu. Pendakian yang mungkin membuatmu terpaksa untuk bilang "Gw mau serius sama lu, gimana?". Entah terpaksa atau sudah pernah ada benih rasa yang pernah tumbuh namun layu. 

Harus kuakui, sejak kita berbincang berdua diluar tenda. Sejak pendakian menuju puncak. Sejak kamu bawakan sepatuku saat turun. Sejak kamu mengatakannya di basecamp. Sampai pulang dari terminal Mendolo, aku tak banyak daya tapi kamu langsung mengambil carierku padahal kamu menggendong cariermu sendiri juga. Kamu menungguku didepan pintu toilet. Kamu menyandarkan kepala dibahuku saat di mobil. Sejak itu, iya, sejak itu aku jatuh cinta. 

Dan entah, sampai saat ini. Aku masih rela menunggu. Aku serela ini mencintaimu. Seperti kamu serela itu mencintaiku. Meski mungkin pilihanmu banyak juga sebaliknya, pilihanku juga tidak sedikit. Tapi aku ingin kamu saja, super hero ku. Kamu juga begitu kan? 

Hehe, maaf jika tulisanku berlebihan. Begitulah aku. Semoga kamu dan siapapun yang membacanya menjadi pemenang dalam perjuangan cintamu. 

Komentar

Postingan Populer