Kompora Darat, sanggar teater Ponpes Daru Tartila yang identik dengan puitisasinya
Penampilan terakhir dari Kompora pada 3 Maret 2018 berjudul Rohingya, bertema kejahatan manusia yang mengaku cinta perdamaian tetapi ia yang justru berperilaku biadab dan menginjak-injak arti perdamaian tersebut. Di atas panggung megah Prasasti teater tersebut sukses menyihir mata penonton menjadi enggan berkedip dan terbawa pada penderitaan yang dialami rakyat Ronghya. Tidak hanya cerita duka yang disajikan kepada penonton tetapi juga selalu diselipkan guyonan hangat agar tidak melulu menegangkan.
Penampilan pertama Kompora, Juli 2010 di Yayasan Nurjamilah pada acara yudisium kelas akhir. Teater tersebut berjudul "La la la Indonesia". La la la Indonesia menceritakan tentang carut marut negri Indomesia yang katanya indah, katanya ramah, katanya dan katanya. Penampilan perdana dilatih langsung oleh KH. Subhan Hafizh, Lc.
Setelah tampil di rumah sendiri, ternyata La la la Indonesia berhasil di tampilkan di beberapa tempat, salah satunya di Museum Pos Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta pada Juli 2010. Di bulan yang bersamaan juga La la la Indonesia ditampilkan di Bogor dalam sebuah event study banding.
Selanjutnya Kompora terus mengembangkan teater dan dramatisasi puisinya dengan karya2 yang tidak kalah menariknya. Sampai pada 2017 tersisa beberapa orang dari personil senior yaitu Siti Rahmah, Nurul Qomaryah, Ainul Yaqin, Asykuri Nabila, Reza Aulia. Dan mereka menampilkam kembali dramatisasi puisi dengan gaya treatikal yang khas berjudul "Bukan La La La Indonesia".
Setelah itu para senior bertugas menyiapkan generasi baru.
Mau lebih kenal dengan kompora darat? yuk follow
https://www.instagram.com/komporadarat/
Salam Seni
Komentar
Posting Komentar
Jangan lupa follow dan komentar ya, karena aku sangat butuh masukan dan semangat dari kalian. Salam hangatt
rahmahpena.blogspot.com